Minggu, 21 September 2014

WISATA ATRAKSI WAKATOBI


Selain wisata alam dan budaya, di Wakatobi juga terdapat beberapa wisata atraksi yang dapat membuat anda betah berlama-lama di wakatobi. Berikut beberapa wisata atraksi yang dapat di saksikan dan nikmati saat berada di wakatobi :

1.     Tari Lariangi

Tari Lariangi merupakan bentuk tarian hiburan bagi masyarakat, tarian ini biasanya dimainkan oleh dua belas orang gadis remaja desa setempat. Setiap desa memiliki versi yang berbeda baik itu gerakan dan nyanyianya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan guru tari lariangi. Tarian ini sangat eksotik terutama kostumnya. Nama kostum tarian ini sama dengan nama tarian yaitu Lariangi. Lariangi terdiri dari dua suku kata. Lari dan Angi. Lari berarti menghias atau mengukir. Angi berarti orang-orang yang berhias dengan berbagai ornamen untuk menyampaikan informasi, dengan maksud untuk memberikan nasehat. Dulunya, Lariangi dimainkan di istana raja yang berfungsi sebagai penasehat mengingat semua gerakan dan nyanyianya berisi nasehat serta masalah-masalah hidup. Karena itu, Lariangi diwujudkan dalam gerakan dan nyanyian. Mereka bernyanyi dengan menggunakan bahasa Kaledupa kuno. Saat ini, bahasa ini sudah tidak dipergunakan dalam percakapan sehari-hari. Klimaks tari lariangi ada dibagian akhir tarian yaitu gerakan yang dinamakan dengan ngifiNgifi dilakukan oleh dua orang penari lelaki. Mereka menari mengelilingi dua orang penari perempuan. Ini mengandung maksud, para lelaki, dalam kondisi apapun harus tetap melindungi para perempuan.

2.     Tari Balumpa 
Tari Berasal dari daerah Binongko. Tarian ini menggambarkan kegembiraan penari sebagai salah satu bentuk penyambutan atas kedatangan tamu dari luar yang datang ke daerah mereka. Tarian ini menceritakan tentang sekelompok gadis cantik yang sedang berdendang diiringi lagu daerah dan menggunakan alat musik gambus. Keindahan tarian balumpa terlihat saat para penari sedang berdendang dengan hati yang tulus dan memahami gerakan yang dilakukan. Tarian ini biasa dibawakan oleh enam atau delapan orang, ada yang berpasangan laki-laki perempuan dan juga perempuan-perempuan. Di wakatobi tarian balumpa ditampilkan saat penyambutan datangnya tamu agung dari luar dan dalam negri.

3.     Tari pakenta-kenta
Menurut cerita, pada suatu saat dikala rombongan penangkap ikan kembali ke darat, parika atau ketua rombongan mereka duduk sambil memikirkan bagaimana acara menghibur anak buahnya, setelah berhari-hari mereka diamuk ombak di atas laut mencari ikan untuk kehidupannya. Maka terpikirlah ia untuk menciptakan suatu tari yang erat hubungannya dengan kehidupan mereka sehari-hari. Tari pakenta-kenta, diciptakan di wanci, kecamatan wangi-wangi, disekitar abad ke-16 oleh seorang parika yaitu seorang ketua rombongan atau kelompok penangkap ikan. Isi tarian tersebut menggambarkan tradisi kehidupan sebagian masyarakat di daerah wakatobi yang  bermata pencaharian sebagai nelayan. Tari tersebut digelar para acara-acara kampung, adat, karia (sunatan), perkawinan, bahkan sengaja dipanggil untuk meramaikan suasana dan merupakan saran untuk saling mengenal, berinteraksi, dan beradapatasi. Tari ini termasuk suatu sandra tari yang menggambarkan bagaimana tradisi orang wanci, kaledupa, tomia, dan binongko dalam kehidupan mereka sebagai nelayan.

4.     Tari Sombo Bungkale
Tari Sombo Bungkale merupakan tari tradisional Kecamatan Kaledupa Selatan. Tarian ini dilakoni oleh penari gadis cantik sebanyak 12 orang. ditampilkan sesudah selesai melakukan hajatan. Tari Sombo Bungkale ini menggambarkan proses sombo atau pingit, tersebut dianggap telah suci dan di beri gelar ”kalambe” atau wanita dewasa.

5.     Tari posepa’a

Posepa’a” diambil dari bahasa masyarakat Liya Wakatobi yang berarti baku tendang atausepak- menyepak. Posepa’a merupakan Seni Budaya Tradisional Liya Wakatobi yang dilaksanakan atau diperagakaan setiap bulan suci ramadhan setiap sore hari menjelang buka puasa sebagai acara rutin masyarakat dalam lingkungan keraton Liya. Dalam tradisi ini biasanya diawali dengan tarian perang “Honari Mosega” yang diatrasikan oleh pemangku Adat Suku Liya Wakatobi. Tarian sebagai symbol perang melawan hawa nafsu selama bulan ramadhan. Barulah selesai tarian perang ini, seni budaya tradisional pospa’a (baku tendang) dimulai. Seluruh kalangan masyarakat dapat mengikut serta dalam tradisi posepa’a ini. Selain itu, tidak ada aturan dalam hal pakaian yang digunakan pada saat mengikuti tradisi posepa’a selain hanya kain sarung yang dikalungkan dibahu saja.

Aturan dalam seni budaya posepa’a ini adalah tidak diperbolehkan menggunakan tangan untuk memukul. Peserta dalam tradisi ini adalah dua kelompok lelaki yang saling berhadapan sambil memegang tangan anggota kelompoknya  dan salin menendang. Tidak ada pemenang dalam adu tendangan ini. Jika dinilai terlalu keras, pemangku adat akan segera menghentikan adu fisik ini dan dilanjutkan dengan saling memaafkan agar tak ada dendam di antara mereka. Warga Suku Liya Wakatobi percaya seni tradisi posepa’a  perlu dipertahankan karena dapat bertujuan memelihara persaudaraan, juga budaya saling memaafkan.

2 komentar:

  1. penmapilan disana emg bagus bagus

    http://www.marketingkita.com/2017/08/taking-order-dalam-ilmu-marketing.html

    BalasHapus